Pesta
demokrasi di zaman modern ini tidak hanya kita rasakan di parlemen saja
namun sudah menyeluruh hingga merambah ke semua lapisan masyarkat tidak
terkecuali Pilkades Desa Bontomanai kec. bajeng Barat Kab Gowa.
Pembangunan desa merupakan struktur politik paling rendah dalam bangunan
politik nasional. meskipun demikian pembangunan desa termasuk memiliki
peranan penting dalam menciptakan negara yang maju.
Pembangunan desa dalam menyosngsong kebangkitan negara memang sangat dirindukan beberapa masyarakat, terlebih lagi jika dapat menciptakan suasana yang adil, damai dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Tujuan mulia ini tidak sejalan dengan cita-cita negara maupun masyarakat sebagai pelaku politik. Hal ini terlihat dari kebiasaan di desa yang telah dibangun malah sedikit demi sedikit pudar dari tujuan pembangunan desa.
Di awal liburan, saya berkeinginan membuktikan perihal ketidakharmonisan tersebut. saya sengaja tidak mengendarai motor agar bisa menyapa warga. alhamdulillah semuanya masih menyapa, banyak di antara mereka yang menutursapa bahkan tidak sedikit dari mereka yang memuji saya "kamu semakin sejahtera di daerah rantau". hihiihi ternya barometer mereka hanya melihat bentuk fisik yang semakin melebar kesamping. ckckcck Saya belum memastikan sapaan mereka apakah hal tersebut merupakan kebiasaan mereka ataukah dikarenakan saya baru pulang dari perantauan. wallohu a'lam
Interaksi sosial semakin saya tingkatkan di hari-hari selanjutnya. hingga suatu saat saya mengikuti latihan sepak bola dan menyaksikan peristiwa yang tidak seharusnya disaksikan yaitu si A berpapasan dengan keluarga sendiri tanpa menoleh. jika di ibaratkan si A menghadap ke utara dan kelurganya menghadap ke timur. Naudzubillah
Hal tersebut langsung saya tanyakan kepada teman. dengan entengya dia berkata "korban politik desa". saya semakin penasaran hingga menanyakan kebeberapa kerabat namun jawabannya tetap sama.
Bermula dari mengadakan acara (Reunian) yang tidak dihadiri tatangga hingga beberapa tetangga yang tidak mengunjungi rumah setelah lebaran. merupakan bukti nyata akan kekhawatiran saya terhadap desa tercinta ini.
Jika melihat lembaran kegiatan yang pernah diadakan di rumah, tidak sedikit dari mereka yang ikut bercengkrama dengan keluarga dan teman-teman (saat reunian). Hingga kuliah di jurusan PAI UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) hal tersebut masih menjadi tradisi di desa saya. Namun semenjak pilkades tahun lalu hati kecil saya seakan berteriak "jangan biarkan keharmonisan desa menjadi korban politik".
Tulisan ini merupakan wujud kekhawatiran saya jika hal ini masih berlarut-larut hingga beberapa tahun kemudian. mudahan paragraf yang saya uraikan bisa di baca oleh pihak-pihak terkait hingga bisa mengoreksi diri bagaimana membangun sebuah kerukunan antarwarga tanpa terbuai dengan janji politik.
0 komentar:
Post a Comment